Kisah Seekor Induk Ayam

|
Kisah ini saya ambil ketika aku dalam perjalanan ke kampus untuk mengikuti suatu kegiatan yang diadakan di kampus. Dengan mengendarai motor sendiri, aku terjang jalanan yang panjang, melalui tikungan- tikungan yang teduh oleh deretan pepohonan yang berjejeran dipingir jalan. Apa lagi sesekali angin bertiup, memecah panas pagi yang mulai beranjak siang.

Saat sedang mengendarai motor yang lumayan kencang, tiba- tiba dari arah depan, aku melihat seekor induk ayam dan beberapa anaknya. Di sampingnya ada seekor anjing yang kelihatannya sedang mencari makan untuk menjanggal perutnya yang lapar. Aku pelankan kecepatan motorku sambil mencermati kelakuan induk ayam itu. Aku khawatir melihatnya, ia berjalan menuju tengah jalan yang sedang dilalui oleh beberapa kendaraan yang melaju kencang. Aku takut jika ia tertabrak olah salah satu kendaraan yang lewat. Induk ayam juga terkadang kelihatan ragu, sesekali ia kembali ke tepi jalan jika sebuah kendaraan mendekat ke arahnya. Aku juga bingung, apa yang sedang induk ayam cari di tengah jalan raya. Apakah ia cari mati, sementara ia masih memiliki anak- anak yang banyak berciuk- ciuk di belakangnya. Hal ini membuatku penasaran dan mengarahkan mataku ke arah tengah jalan. Innalillah, dari arah yang dekat aku melihat di jalan ada seekor anak ayam yang terbaring kaku, bersimbah darah dan tubuhnya hancur. Ia sudah tidak tak bernyawa lagi. Akupun tersadar, ternyata induk ayam itu bukannya ingin mencari mati di jalan, tapi ingin melihat kondisi anaknya yang baru saja terlindas oleh salah satu ban kendaraan yang melintas di jalan itu. "Anakku, anakku !!!, suara itu seakan teucap dari patuk induk ayam ini lewat pancaran matanya dan tindakannya yang lalu lalang di jalan raya. Ia seakan ingin menolong anaknya, namun apa daya, anaknya telah tiada. Dan seekor anjing yang ada di dekatnya pun seakan berkata "hari ini saya akan kenyang dengan memakan anak- anak ayam ini, benar- benar santapan yang enak". Ia juga sudah mengambil ancang- ancang dan besiap menelan anak ayam ketika induknya lengah untuk sarapan hari itu.

Induk ayam itu kelihatan sangat sedih, dan dilematis. Di satu sisi ia ingin melihat keadaan anaknya yang kecelakaan, di sisi lain ia juga harus menjaga anak- anaknnya yang masih hidup agar tidak dimakan oleh anjing yang kelaparan. Sungguh malang nasibmu induk ayam, kau harus ditinggal oleh salah satu anak kesayanganmu. Tapi, inilah hidup. Ada yang mati dan ada yang lahir, ada yang sehat dan ada yang sakit.

Disini kita bisa belajar, bagaimana kasih seorang induk ayam pada anaknya yang selalu ingin menolong, melindungi dan menyayangi anak- anaknya. Apa lagi kalau kasih seorang ibu pada anaknya tak akan terhingga seperti salah satu lagu
"Kasih ibu, kepada beta tak terhingga sepanjang masa.... ". Kasih dan sayangnya adalah anugrah terindah dari ALLAH. Pengorbanannya adalah nikmat yang tak terhingga. Seorang ibu akan selalu mengasihi anak- anaknya dan rela berkorban untuk kebahagiaan anaknya. Ia rela mendapat puluhan sakit untuk melihat satu senyum kebahagiaan terpancar dari wajah anaknya. Ia rela meneteskan ribuan keringat untuk menyenangkan hati anaknya yang sedih. Ia rela menerima cacian untuk membela anaknya yang teraniaya karena membela kebenaran. Marahnya adalah sayangnya. Makiannya adalah ajarannya. Ia marah bukan karena ia benci tapi karena ia sayang pada anaknya dan ingin memperbaiki kesalahan yang dilakukan anaknya. Ahh... rasanya kalau bicara soal ibu, tak akan pernah cukup untaian kata untuk melukiskan kebaikan, kasih dan cintanya.

"Sayangnya anak pada ibunya, tak melibihi sayang ibu pada anaknya
Pengorbanan ibu pada anaknya takkan mampu terbalaskan walau hanya setetes air susu yang telah terminum darinya"

0 komentar:

Posting Komentar

Listen to Al- Qur`an

Listen to Quran